CERPEN: KISAH AISYAH DENGAN SEPEDA ONTEL-NYA

Saat orang-orang mulai terlelap, Ayah mengantarkan ibuku kerumah bu mantri (bidan) untuk melahirkan. Ayah membawa ibuku dengan mengayuh sepeda ontel kesayangannya. Sampai disana ibu langsung menemui bu mantri untuk melakukan persalinan, tepat pada pukul 00.00 atau tengah malam aku lahir ke dunia, tahun 1990.

   Google

Ayah memberikan nama padaku Aisyah, yang artinya adalah kehidupan. Ayah memberi namaku Aisyah, bukan tanpa alasan. Beliau mempunyai harapan kalau anaknya kelak akan memiliki kehidupan yang baik. Aisyah juga salah satu nama dari istri Nabi Muhammad SAW. Yang terkenal dengan kecerdasannya, diharapkan aku juga bisa seperti istri nabi. menjadi seorang wanita yang cerdas. Begitulah harapan sosok orangtua pada anaknya, apapun akan diberikan yang terbaik untuk seorang anak.


Ayahku berprofesi sebagai petugas pos. Setiap hari ia mengelilingi tiap rumah ataupun desa untuk mengantar surat atau dokumen penting lainnya.


Sedangkan ibuku sehari-harinya bekerja disawah untuk menanam padi. Padi yang sudah panen akan di-arit menggunakan arit oleh ibu. Ibuku biasa mengarit padi pada musim panen. Padi yang sudah dikumpulkan akan dibawa ke tempat penggilingan, untuk dijadikan sebagai beras, lalu setelah itu akan dijual ke pasar.


Dan aku bertugas mencari kayu bakar untuk ibu memasak dirumah. Aku selalu membawakan kayu bakar agar ibu lebih ringan mengerjakan tugasnya sepulang dari sawah.


Perkenalkan adikku namanya Salman, usianya hanya berjarak 2 tahun denganku. Ia juga sering membantu pekerjaan ibuku di sawah.

  Google

Sekitar tahun 1996, aku mulai memasuki bangku Sekolah Dasar (SD). Tiap hariku berangkat sekolah berjalan kaki bersama teman-teman. Tak terasa, perjalanan yang cukup jauh jika dilewati dengan teman.


Tiap pulang sekolah aku harus melewati jembatan perlintasan arus sungai yang berada dibawahnya. Terlihat seperti uji adrenalin, tapi buatku dan teman-teman itu sudah biasa jadi kita tidak pernah merasa takut untuk melewatinya.


Ini foto aku bersama teman-teman juga adikku di latar depan rumah, saat usiaku 11 tahun. Sekarang, aku sudah memiliki adik 3, jadi aku merupakan Anak pertama dari 4 bersaudara.


Biasanya adikku yang laki-laki Salman dan Amran, sepulang sekolah bermain meriam bambu. Permainan tradisional ini sudah mengisi hari-hari adikku semasa kecil bersama temannya.


Nah, kalau aku dengan adikku yang perempuan Fatimah biasanya mencuci baju di kali (sungai). Aku mencuci baju setiap libur sekolah di pagi hari.

  Google

Sekitar tahun 2002 aku mulai masuk jenjang sekolah tingkat pertama (SMP), aku kali ini diantar oleh ayahku setiap berangkat sekolah. Karena memang sekolah ku menempuh jarak jauh dari lokasi rumah, aku bersekolah di SMP negeri jadi lokasinya berada di kota. Sedangkan aku tinggal di desa. Ayah selalu bersemangat untuk mengantarkanku ke sekolah, karena menurutnya pendidikan itu sangat penting. Jadi beliau selalu menasihati serta memberiku semangat, untuk tidak mudah menyerah dalam meraih cita-cita.

  Google

Sesekali aku mencoba menaiki sepeda milik ayah bersama adikku. Aku mengelilingi desa di waktu sore hari, atau main ke tempat teman menggunakan sepeda ayahku.


Di SMA aku mulai belajar mengenakan hijab, karena aku merasa hijab bisa memperbaiki diriku. Semua berawal dari kepribadian lalu diikuti dengan penampilan, aku tidak mau keputusan ini diambil dari saran ayahku. Aku ingin menjadikan hijab sebagai pilihanku, bukan paksaan dari oranglain. Dan Ayah masih tetap selalu setia mengantarkanku kesekolah. Sudah pernah kutanyakan padanya, kenapa sampai sekarang aku masih diantar sekolahnya, padahal bisa saja kan aku membawa sepeda nya sendiri. Tapi beliau malah menjawab seperti ini.
"Nak, ayah bukannya tidak ingin mengizinkan kamu untuk pergi ke sekolah membawa sepeda ayah, sendiri. Hanya saja ayah merasa masih mampu menemani anak ayah untuk melihat perkembangan anaknya. Kamu anak ayah yang pertama, jadi kamulah yang harus Ayah perhatikan agar jika suatu saat Ayah sudah pergi meninggalkan kalian terlebih dahulu, masih ada kamu penerus semangat Ayah. Ayah berpesan pada kamu, agar selalu sabar untuk mengajari adik-adik kamu, jangan hanya mementingkan diri sendiri. Maksud ayah menyemangati kamu bukan untuk membuat kamu menjadi sukses sendirian, tapi lihat juga adik-adik kamu. Kamu harus bisa menginspirasi mereka, selalu ajarkan apa yang sudah ayah katakan sama kamu. Jadikan pengalaman itu sebagai guru terbaik. Hidup untuk memberi, bukan menerima. Jika tidak dikasih, jangan pernah meminta. Pastikan pesan ayah ini sampai pada adik-adikmu sampai mereka besar nanti. Ayah tidak memiliki apa-apa selain ibumu dan kalian. Tapi ayah selalu berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik pada kalian. Tentunya dengan cara ayah sendiri."
Aku sekarang mengerti mengapa ayah selalu ada buatku, karena beliau ingin menunjukan bahwa didunia ini masih ada pria yang baik yaitu Ayahku sendiri. Setidaknya Ayah bisa memberikan teladan yang baik untuk keluarga dan Anak-anaknya. Ayah memang bukan orang terkenal apalagi kaya, tapi karakternya lah yang membuat aku juga harus bisa seperti beliau. Ayahku selalu ramah pada siapapun, jadi sekali pun bukan orang hebat. Ayahku tetap dihargai di lingkungan masyarakat. Ayah selalu mengajarkan bahwa diatas langit masih ada langit, kalau kamu sukses jangan sombong, dan jika kesusahan jangan pernah mengeluh apalagi menceritakan kesedihan ke orang-orang. Harus kuat, hidup bukan untuk bersenang-senang. Melainkan untuk berbagi serta bermanfaat bagi sesama.

Pelajaran hidup yang kudapatkan dari Ayah, benar nyatanya sampai diusia ku 18 tahun, Ayah lebih dahulu meninggalkan ibu dan adik-adikku saat aku lulus sekolah. Disaat aku benar-benar membutuhkannya, aku ingin menunjukan sekaligus membuatnya bangga karena bisa menyemangati sampai saat ini. Tapi Allah lebih sayang dengan ayahku, mungkin disana Allah sudah menyiapkan tempat yang lebih Indah untuk Ayahku, yaitu di Surga-Nya. Semoga. Karena manusia meninggalkan dunia ini yang dibawa hanyalah Amal Jariyah dan juga do'a anak yang Shaleh. Ayah membawa Amal kebaikan selama didunia, dan meninggalkan anak-anak yang di didik dengan baik. Setidaknya anak yang baik bisa mendoakan keselamatan orang tuanya untuk di akhirat.


Hanya ini yang bisa mengobati rinduku mengingat saat diboncengi Ayah menaiki sepeda ontel kesayangannya. Didalam foto tersebut ada dua orang yang selalu aku sayangi serta ku doakan atas kebahagiaannya. Karena tanpa mereka diriku bukanlah siapa-siapa, selain ayah Aku selalu diajarkan oleh guru ngaji ku bahwa Ridho Allah, Ridho nya Orang tua juga. Maka aku yakin, apa yang kudapatkan selama ini tentunya berkat doa serta usaha dari mereka pula. Mudah-mudahan Ayah bisa tersenyum di surga. karena melihat anaknya kini telah sukses, meskipun tidak bisa merasakan secara langsung. Namun, beliau telah sukses mendidik anaknya menjadi anak yang memiliki kepribadian yang baik. Aku sekarang sudah hijrah ke kota, setelah ayah meninggal. Aku memutuskan untuk mencari pekerjaan di perantauan, ibu tinggal bersama adikku yang ke 3 dan 4, yaitu Amran dan Fatimah. Didesa aku tidak perlu khawatir meninggalkan orangtua dirumah, karena tetangga masih mempunyai hubungan saudara. Jadi jika ada apa-apa lebih mudah menghubungi aku di kota. Salman kini sudah berusia 23 tahun, ia mendapat kesempatan bekerja di luar negeri setelah mendapatkan tawaran dari seorang dosen yang mengajar dikampusnya. Dan aku diusia 25 tahun, ingin membuat sebuah yayasan sederhana untuk menampung anak yang putus sekolah. Ditempat yang ku bangun bersama teman di kota, ku harap anak-anak tersebut masih bisa dapat menikmati pendidikan meskipun dengan keadaan yang terbatas. Impian tetap harus diwujudkan, sky no limits. Dream big, work hard, and don't forget to pray.


Inilah keceriaan ku saat bersama anak-anak. Mudah-mudahan cita-cita mereka bisa diraih dengan bersama. Aku selalu teringat akan pesan Ayahku tentang hidup yang selalu memberi bukan menerima, kini sudah ku wujudkan bersama teman-temanku yang juga memiliki visi serta motivasi yang sama. Ayah, Terima Kasih kau telah memberikan pelajaran hidup yang amat berharga yang tak bisa diukur dengan nilai rupiah. Kini, aku lebih memahami makna kehidupan.


Sekarang sepeda ontel itu diwariskan padaku, banyak kenangan yang tak terlupakan saat aku menaikinya bersama Ayah. Aku ingin menceritakan pada anakku suatu hari nanti, akan ku katakan padanya kalau mereka pernah memiliki seorang kakek yang hebat serta tangguh meskipun hanya lewat cerita dariku, yang memang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Tapi bisa aku beritahu gambarannya dengan dokumentasi yang kusimpan rapih sampai saat ini. The End.
                              

Post a Comment

0 Comments