Malam ini menjadi malam terakhirku untuk tinggal disini, sebelum memutuskan pergi ke tempat yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya. Aku akan memutuskan untuk meninggalkan kota ramai ini ke tempat yang menurutku bisa membawa ketenangan atau kedamaian. Ya ditengah hiruk pikuknya ibukota, dan berbagai masalah yang saat ini sedang ku hadapi aku ingin mencari arti kehidupan sejati dengan cara berinteraksi dengan alam, bukan hanya sama manusia saja. Aku pergi bukan untuk menghindar, tapi hanya saja diri ini merasa perlu melakukan refleksi diri yang membutuhkan ruang sendiri.
Pagi-pagi ku sudah tiba di bandara, setelah mengemas beberapa barang yang dibutuhkan selama perjalanan ku ini. Aku sudah bertekad untuk tinggal di suatu tempat yang dimana tidak diketahui banyak orang, ku berharap disana ku akan menemukan diriku yang sesungguhnya.
Sekitar jam 4 waktu bagian setempat ku sampai disana, ditempat ku memulai kehidupan baru. aku menemui orang yang akan menyediakan tempat tinggal untukku selama berada disana.
Seperti ekspektasi awal tempat yang ku kunjungi, mempunyai daerah yang sejuk sedikit penghuni disini aku akan melakukan berbagai kegiatan yang bisa membuatku merasa lebih baik lagi.
Aku memulai bercakap-cakap dengan orang yang disana, berbeda saat aku masih di Jakarta. warga disini sangat ramah, dan tidak enggan untuk saling membantu. apalagi aku orang baru disini, aku disambut dengan hangat oleh mereka.
Senja pun mulai tiba, aku disarankan untuk bertamu dengan kepala suku disana. ibaratnya kalau di Jakarta aku harus menemui ketua RT nya dahulu untuk melaporkan kalau aku akan menetap disana.
sampai dirumahnya menemui kepala suku, aku ditanyai berasal dari mana dan maksud tujuan untuk tinggal menetap disini karena apa. lalu aku bilang saja, kalau aku ada keperluan yang mengharuskan aku untuk tinggal disini dan aku meminta pada dia agar bisa mengizinkan aku untuk berada di tempat tersebut. waktu larut malam, akhirnya aku pulang ke tempat tinggal baruku dengan diantar oleh anaknya. kebetulan anaknya seusia ku juga, aku diperkenalkan oleh ayahnya. namanya Daren.
Dia mau mengantarkan aku kerumah, karena tahu aku orang baru disini. jadi dia mau menemaniku selama perjalanan pulang, dijalan aku bertanya banyak tentang daerah ini dia pun tidak sungkan menjawabnya.dia pun tak jarang menanyakan balik tentang aku. sampai dirumah aku mengucapkan terima kasih pada dia karena sudah mengantarkanku sampai rumah dengan selamat. setelah itu, dia pun langsung pulang kerumahnya.
Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 8 pagi, rasanya baru saja aku pulang dari rumah pak kepala suku. aku terbiasa di jakarta yang sering bangun siang, disini yang kurasakan berbeda. orang-orang sudah beraktifitas malah dari subuh tadi.
Setelah habis mandi aku langsung bergegas untuk kerumah warga yang ada disana, aku kerumah ibu tina. saat aku kesana dia sedang membuat makanan berbahan dasar sagu, makanan tersebut sudah menjadi tradisi daerah sana. bagaimana cara membuat nya? aku tertarik dengan makanan itu sepertinya enak. aku lanjut saja ikut membantu ibu tina untuk membuat makanannya. kata bu tina makanan ini biasanya akan lebih nikmat jika disajikan dengan kopi hitam, benarkah? Ucapku dalam hati.
Nyatanya memang benar, makanan tersebut terasa lezat jika disuguhkan bersama kopi hitam. slurpp! setelah mencicipi makanan hasil buatanku dengan bu tina, aku diajak lagi dengan nya ke sawah. ada yang mau ikut denganku?
Aku diajak untuk melihat langsung bagaimana cara pembuatan berbagai macam makanan yang berbahan dasar sagu, disini kita bisa melihat berbagai macam makanan sagu yang dicampur dengan bahan lain seperti misalnya: sagu dicampur dengan kelapa dan daging (Kumobo), sagu dicampur dengan daging yang sudah dipanggang (Wanggilamo), dan ada juga sagu yang dicampur dengan kelapa dan daging yang sudah dipotong-potong besar (Nggalamo). Wah, that's so delicious. rasanya ingin mencoba membuatnya dirumah.
Tak sengaja aku bertemu dengan anak kepala suku itu lagi, ya daren. Daren ada disana juga untuk ikut membantu membuat makanan tradisi warga sana. ia pun menegur ku, setelah menikmati makanan yang telah dibuat bersama. Aku melanjutkan perbincangan dengannya, aku menanyakan lebih lanjut tentang apa saja mulai dari kebudayaan serta wisata yang ada didaerah ini. menurutku, dia termasuk orang yang berwawasan luas juga; jadi asyik untuk diajak bicaranya.
Daren memberitahu ku tentang banyak hal mengenai tempat yang ia singgahinya sejak kecil. itu yang membuatku merasa akan lebih nyaman untuk tinggal di desa ini. ia juga menawarkan aku untuk mengunjungi destinasi menarik yang ada di tempat kelahirannya, dalam hatiku tak ada salahnya jika aku mengikuti perjalanan bersamanya aku pun ingin lebih mengenal tentang desa yang ku tempati saat ini.
Disana ada tarian khusus untuk menyambut para tamu yaitu Tari Selamat Datang. tarian ini biasa dilakukan oleh warga setempat untuk menyambut orang yang baru datang atau mengunjungi daerahnya sebagai ungkapan keramahan pada pendatang maupun wisatawan. to be information, tari selamat datang ini juga sering ditampilkan pada festival-festival daerah. Marvelous.
Nampak sekilas mirip pemandangan diluar negeri. Kira-kira kalian mengira ini dimana? Mount blanc? Himalaya? No, ini berada di Papua tepatnya Jayawijaya, Papua. Puncak Cartenz ini mempunyai kemiripan seperti yang berada di Himalaya, bahkan tempat ini dijuluki sebagai Himalaya nya Indonesia. Aku tak pernah menyangka sebelumnya, kalau Daren akan mengajak ke tempat seindah ini.
Tak sampai disana saja perjalanan ku dengan Daren. Dia juga membawaku ke Lembah Baliem yang memiliki keindahan yang tak kalah menarik. Lembah yang memiliki julukan Grand Baliem Valley, ini dihuni oleh suku Dani yang berada di Desa Wosilimo, 27 KM dari Wamena Papua.
Betapa indahnya kekayaan alam yang ada disana, yang kukira hanya ada di negeri dongeng ternyata ada dikehidupan nyatanya juga. Daren lah yang membawaku ke tempat-tempat menakjubkan tersebut. ia selalu mengingatkanku untuk mencintai tanah kelahiran, jadi sejauh apapun kamu pergi untuk mengelilingi tempat yang kamu anggap menarik, jangan lupa dengan tempat dimana kita dilahirkan itu pun jauh lebih menarik. Aku semakin betah untuk tinggal disini, sejenak aku bisa melupakan masalah yang sedang ku hadapi.
Daren, merupakan anak tunggal dari pak kepala suku yang kabarnya juga belum menikah. aku pun merasakan hal yang berbeda saat jalan sama dia, yakni mulai dari dia yang selalu ada dan sigap jika ku membutuhkan apa-apa.
Seperti yang ku duga sebelumnya, akhirnya dia pun memberanikan dirinya untuk menyatakan perasaan pada ku. aku sebenarnya juga sudah memendam perasaan, namun aku lebih baik menunggu dia saja yang menyatakannya duluan. Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam. niat kedatanganku kemari tadinya hanya untuk merefleksikan diri tapi Engkau malah memberi ku lebih. sebuah refleksi diri sekaligus penemuan cinta sejati semoga saja memang dia lah orangnya. untuk mendampingi disisa usia hidupku.
"I'd never be lonely, If you were my only love. If you were my baby, I'd take my last breath. Before I would let you go, And I promise I'd love you forever and ever, If you were my baby." - Rick Price
Malam nya ia mengatakan "Evren, I maybe not perfect man. but I want you to be my girlfriend. Oh not, I want to make you a wife. Will you marry me?" tanpa harus menunggu lama, aku menjawabnya dengan kata "Yes, I will". The End.
0 Comments