"Tanah Airku Tidak Kulupakan, kan terkenang selama hidupku. Biarpun saya pergi jauh, tidakkan hilang dari kalbu. Tanah ku yang kucintai, engkau ku hargai." itulah lagu yang sering kuputar di telepon genggamku saat aku menunggu di pelabuhan untuk berangkat mengajar menggunakan perahu milik nelayan.
Setiap hari ku pergi mengajar menggunakan transportasi umum yaitu perahu tradisional milik nelayan yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku. Tiap pagi aku sudah berada di pelabuhan bengkulen (Bengkulu), pelabuhan yang terletak di kabupaten Bengkulu Utara.
Kenalkan namaku Raneesha, biasa dipanggil Neesha. Aku berprofesi sebagai guru di tempat yang tak jauh dari rumahku. Aku mengajarkan anak-anak nelayan yang berada di sekitar pesisir pantai.
Setiba nya ditempat lokasi, aku selalu disambut dengan anak-anak yang sudah siap belajar.
Anak-anak sangat aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Disana bukan hanya aku yang sebagai pengajar, ada beberapa temanku yang ikut mengajar anak-anak nelayan dan warga sekitarnya.
Sedikit cerita tentang tanah kelahiranku. Bengkulu atau Bencoolen orang Inggris menyebutnya adalah sebuah kota yang memiliki pelabuhan tua, yang dinamakan dengan Pelabuhan Bencoolen (Pulo Baai). Sedangkan Provinsi Bengkulu sendiri memiliki perbatasan di Arah Timur dengan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, di Arah barat berbatasan dengan Samudera Hindia, di Arah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, dan di Arah Selatan memiliki perbatasan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung.
Pelabuhan Bengkulu sendiri memiliki hinterland yang cukup luas. As you know, Hinterland merupakan suatu daerah yang berfungsi sebagai pemasok kebutuhan masyarakat urban atau istilahnya pen-supply barang dan juga sebagai tempat produksi eksport serta memiliki potensi pertambangan serta perkebunan yang dapat digunakan untuk pengembangan agrobisnis, pertambangan, dan industri. Dan menurut informasi Pelabuhan Baai ini akan dijadikan sebuah Pelabuhan yang bertaraf Internasional. Luas pelabuhan yang mencapai 1.200 Ha ini menjadi pendukung utama pengembangan pelabuhan di bagian barat Pulau Sumatera.
Tiap hari senin aku dan anak-anak beserta pengajar lainnya selalu rutin untuk melakukan kegiatan upacara bendera. Disana kami menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan tak lupa untuk membacakan teks pancasila serta UUD 1945. Diharapkan anak-anak selalu mencintai tanah air mereka serta menghormati keberagaman yang ada di Indonesia.
Aku merupakan anak yatim piatu yang dibesarkan oleh bibiku, sejak usia 10 tahun aku sudah hidup bersama bibi Rose. Bibi adalah adik dari Ayahku, setelah Ayah dan Ibuku meninggal, Aku tinggal dirumahnya. Kebetulan bibiku tidak mempunyai anak perempuan, jadi ia merawatku dengan baik. Aku sendiripun tidak mempunyai adik alias anak tunggal. Anaknya yang laki-laki sudah pada bekerja dan semuanya berada di perantauan. Sekarang aku hanya tinggal bertiga; yaitu Aku, bibi, dan pamanku. Aku sudah menganggap bibi rose dan pamanku sebagai orangtua ku sendiri, setelah orangtua kandungku. Aku mempunyai cita-cita untuk mengajar. Dunia Pendidikan menjadi amat penting bagiku, karena dengan mengajar aku merasa bisa membagi apa yang aku punya. Dan ditempatku mengajar aku bukan hanya sebagai guru tapi juga sebagai teman sekaligus orangtua buat anak-anak yang belajar disini.
Disekolah pesisir tempatku mengajar anak-anak sangat antusias dalam mengikuti setiap pelajaran yang diajarkan oleh para pengajar. Termasuk aku yang selalu membuat pertanyaan edukasi seperti tanya jawab. Suatu ketika aku menanyakan pada anak-anak mengenai impian atau cita-citanya mereka saat besar nanti ingin menjadi apa. Aku memberi pertanyaan pada mereka
"Anak-Anak, kalau boleh ibu guru tahu cita-cita kalian besar nanti ingin menjadi apa? Dan siapa tokoh idola kalian? Ayo angkat tangan untuk yang mau menjawab." dan jawabannya pun beragam.
Denis: "Aku ibu guru. Jika aku besar nanti, Aku ingin menjadi Pilot. Aku mengidolakan Ayahku, karena dia yang selalu mengajariku untuk bercita-cita setinggi langit. Makanya itu aku ingin menjadi seorang Pilot, agar aku bisa keliling dunia dengan menggunakan pesawat terbang melintasi awan dilangit."
Calisa: "Kalau aku ingin menjadi seorang Perawat bu guru. Karena aku ingin menolong orang sakit, Idola ku yaitu Ibuku sendiri. Karena ibu yang memberitahuku tentang bagaimana kita hidup harus saling tolong-menolong terhadap sesama."
Farzan: "Bu Neesha, kalau aku ingin menjadi pemain sepak bola. Aku ingin menjadi pesepak bola yang terkenal dan idolaku Christian Ronaldo karena dia sering menjadi juara sepak bola."
Khalif: "Kalau Aku ingin menjadi presiden bu guru. Karena aku ingin meneruskan generasi orang pertama yang memimpin indonesia yaitu Bapak Soekarno. Idolaku ialah beliau. Aku ingin seperti Pak Soekarno."
Mendengar jawaban anak-anak yang beragam, membuatku tersadar akan impian mereka yang memang harus didukung penuh. Karena apapun impian serta tokoh idola mereka, kita harus memberi nya motivasi agar impian tersebut bisa menjadi sebuah kenyataan. Lalu aku bilang pada mereka "Baik nak, apapun yang menjadi cita-cita kalian ibu akan terus mendoakan kalian semoga kelak menjadi orang yang sukses." ucap lanjutku.
Hari mulai sore, saatnya aku pulang kerumah. Tiba dirumah aku menemui kakak sepupuku yang baru saja balik dari Jakarta, namanya kak Hizam. Kak Hizam bekerja di Jakarta berprofesi sebagai Akuntan Publik di sebuah perusahaan swasta jasa keuangan. Ia sebulan sekali datang ke bengkulu untuk menengok orang tuanya. Bibiku mempunyai 3 orang anak laki-laki, jadi masih ada 2 lagi yang sedang berada di perantauan. Kebetulan kakak sepupuku yang sudah menikah baru 1, yaitu kak Zaflan. Ia bekerja di Jakarta juga dan memiliki istri asli orang sana, jadi untuk sekarang ini dia menetap di Jakarta. Dan yang satu lagi kakak sepupuku namanya Idyzraf, ia bekerja di perusahaan digital yang berada di Singapura. Kalau dengan kak Idyz aku jarang bertemu, karena ia pulangnya hanya setahun sekali saat Hari Raya, atau palingan jika ada keperluan mendesak saja.
Kak Hizam menanyai kabarku soal mengajar. kata dia adik temannya ada yang baru saja lulus kuliah namun belum bekerja, ia bilang adik temannya itu ingin menjadi relawan sebagai pengajar. "Neesha, ditempat kamu ngajar. Masih kekurangan personil gak? Soalnya adik temanku ada yang baru aja lulus, katanya dia ingin jadi relawan pengajar saja dulu sebelum menemukan pekerjaan yang cocok." lalu aku bilang "kemarin emang ada yang baru saja berhenti kak, karna ingin melanjutkan studinya. Tapi coba deh nanti aku tanyain lagi sama temanku yang disana."
Lalu keesokan harinya aku menemui temanku yang menjadi pengelola sekolah. Katanya ia emang butuh pengajar baru, yasudah aku langsung saja kabari ke kak Hizam via telepon "Assalamualaikum kak, ya katanya ditempatku ngajar memang sedang butuh pengajar. Adik temannya kakak jadi tidak ingin mengajar disini?" || "Oh yaudah kalau begitu, nanti coba kakak hubungi lagi ke orangnya mau apa tidak. Makasih infonya ya sha, waalaikum salam wr. wb." jawab kak Hizam.
Beberapa hari kemudian, saat dirumah aku dikabari kak Hizam lagi kalau adik temannya itu mau ke bengkulu. Dia jadi ingin mengajar sebagai relawan pengajar. "Sha, seperti yang aku omongin kemarin kalau adik temanku ada yang mau ikut mengajar ditempat kamu. Oh ya kenalin dulu namanya Javas, dia katanya besok tiba di bengkulu. Aku saranin dia langsung ke lokasi tempat kamu ngajar aja. Biar langsung ketemu sama kamu sha, gapapa kan?" || "Oh yaudah kalau gitu, iya gapapa kak." jawabku.
Esok hari pun tiba, aku bertemu dengan orang yang dibicarakan oleh kakak sepupuku. Ya Javas, dia pun bertegur sapa denganku. "Dengan mba Neesha?", || "Iya, kenalkan Aku Raneesha. Panggil saja Neesha." || "Oh iya aku Javas Athaya Altezza. Panggil namaku Javas." ujarnya.
Yang kulihat pada pertemuan pertama kali, ia sepertinya orang yang intelek. Dilihat dari perkenalannya denganku sampai bercakap dengan orang yang mengantar nya ke tempatku mengajar serta berbicara dengan pengajar lainnya.
Javas ternyata memiliki komunikasi yang bagus. Ia sering menanyakan padaku tentang pendidikan di daerah ini, serta pengalamannya pun ikut ia ceritakan denganku. Ia orang yang sangat terbuka. Oh ya, Javas disini akan mengajarkan tentang Sejarah dan Pendidikan Pancasila. Mudah-mudahan anak-anak senang dengan pengajar yang baru pengganti temanku Frischa.
Dia memperkenalkan dirinya pada anak-anak "Selamat Pagi Anak-Anak. Hari ini saya ingin memberitahukan pada kalian bahwa saya akan mengajarkan kalian tentang pelajaran Sejarah dan Pendidikan Pancasila. Ada yang tahu saya disini menggantikan siapa? Ya, benar saya menggantikan guru kalian Ibu Frischa. Oke pertama-tama saya mau memperkenalkan diri, nama saya Javas Athaya, panggil saja Pak Javas. Tapi kalo kalian mau panggil Om Javas juga boleh." - || Anak-anak tertawa. Lanjut ada anak yang bertanya "Pak Javas tinggal dimana? Sudah punya pasangan belum?" tanya Arfan, tapi dijawab sama Genta "Kok kamu nanya nya seperti itu? Nanti dimarahi guru lain lho." - || "Ya, tidak apa-apa. Saya tinggal di Jakarta, kebetulan saya masih sendiri alias belum memiliki pasangan. memangnya ada apa adik ku Arfan? Kalian tidak perlu memikirkan bagaimana cara mendapatkan pasangan, tapi fikirkan saja bagaimana masa depan kalian nanti, kita harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan kita. jangan sampai dijajah lagi nantinya." inilah awal percakapan pelajaran Sejarah Javas yang akan dia mulai.
Javas mengajarkan banyak pelajaran mengenai sejarah juga pancasila. Menurutnya Indonesia itu adalah Negara Kesatuan. Dengan kita bersatu, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali berjaya lagi. Nah, pertanyaannya bagaimana cara Javas memberikan pengetahuannya tentang pancasila pada anak-anak?
"Disini bapak mau bertanya pada kalian. Ada yang hafal dengan pancasila? Silahkan maju kedepan jika ada yang mau membacakan." semua pada tunjuk tangan, karena disini mereka tiap senin upacara bendera jadi pada hafal dengan pancasila, menurut mereka itu merupakan dasar Negara yang harus selalu diingat hingga akhir nanti. Lalu Rashdan maju ke depan untuk mewakili teman-temannya membaca teks pancasila.
"Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
...Semua memberi tepuk tangan, karena dengan cara apapun kita menghormati negeri ini harus diapresiasi...
Javas merupakan pria berkacamata yang memiliki pengetahuan cukup luas. Dia menginginkan Anak-anak indonesia bisa cepat maju sama seperti anak yang berada di negara lain. Didunia pendidikan, itu bukanlah hal yang baru untuknya. Dia sering menjadi pengajar saat mengikuti kegiatan mahasiswa semasa kuliahnya.
Apa yang membuat dia tertarik datang ke tempat ngajarku? Dia menyampaikan seperti ini "Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, tapi tidak dengan kenyataan pendidikan yang ada di negeri ini. Masih banyak anak-anak yang putus sekolah bahkan tidak bersekolah sama sekali. Lalu bagaimana nasib bangsa kita, jika generasi muda nya tidak dibekali ilmu pengetahuan untuk menghadapi era globalisasi." mendengar ucapannya itu membuatku merasakan ternyata ada yang sepemikiran denganku juga. Inikah yang dinamakan kebetulan? Kurasa tidak, ini sebuah skenario Tuhan yang memang di peruntukkan ku.
Selain aku dengan beberapa teman pengajar lainnya. Javas selalu terlihat bersemangat ketika mengajarkan anak-anak di pesisir pantai "kita belajar, tak apa sambil bermain. Tapi asal jangan karena asyik bermain sampai melupakan pelajaran. Sejarah tidak boleh kita lupakan, Negara kita harus tetap kita perjuangkan. Jangan selalu menggantungkan diri dengan asing. Saya, kamu, kita itu berhak mendapatkan atas kehidupan yang baik, pendidikan yang layak. Hargai perjuangan pahlawan kita, dengan meneruskan perjuangan mereka yang gugur di Medan perang. Lalu caranya dengan apa? Bukan dengan angkat senjata melainkan dengan belajar sungguh-sungguh, agar kita bisa memajukan negeri tercinta ini." ia tanamkan rasa jiwa nasionalisme, agar anak-anak tahu jati diri mereka masing-masing.
Dia mulai mencontohkan dari hal yang kecil yaitu membersihkan pantai dari sampah yang dibuang oleh pengunjung pantai. Ya biasanya pengunjung pantai lebih menikmati alamnya, ketimbang memelihara ataupun menjaga lingkungannya. Kenangan liburannya dibawa, sampahnya ditinggal. Javas mengajak anak-anak untuk peduli pada lingkungan, tak perlu yang muluk-muluk. Cukup diawali dari diri sendiri yang suka merawat serta menjaga kebersihan lingkungan, dengan begitu diharapkan mereka terbiasa dan lebih cinta pada negerinya sendiri.
Ditempat mengajar aku dengan Javas membicarakan banyak hal, kita saling bertukar fikiran mengenai pendidikan. Yang pada akhirnya kita memutuskan untuk mengajak anak-anak ke tempat bersejarah yang ada di bengkulu.
Aku, Javas, dan pengajar lainnya mengajak anak-anak untuk berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno. Dia menjelaskan bahwa "Anak-Anak, apakah kalian kenal dengan bapak presiden pertama?", semua pada menjawab kenal, Javas melanjutkan pembicaraannya "Oke, mungkin kali ini kita sepakat kalau semua jawabannya sama. Namun adakah yang tahu kalau Bapak Soekarno pernah diasingkan dirumah ini?" Terus Anak-anak tertarik ingin mendengar informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut, Ada yang bertanya "Pak Javas, kenapa Pak Karno bisa diasingkan ditempat ini?" || "Baik bapak ceritakan sedikit tentang sejarah nya pak karno yang pernah diasingkan oleh penjajah Belanda. Jadi awalnya seperti ini, sebelum Bapak Soekarno diasingkan dirumah yang kita kunjungi saat ini beliau pernah di asingkan di Ende, flores yang berada Nusa Tenggara Timur (NTT) sana. Beliau diasingkan disana selama 4 tahun yaitu sekitar pada tahun 1934-1938, Dan akhirnya diasingkan ke bengkulu pada tahun 1938-1942. Disini kita bisa melihat barang peninggalan bapak proklamator selama menempati rumah ini. Kalian boleh menyukai musik luar negeri, bahkan mengidolakan mereka. Tapi satu yang selalu diingat, jangan pernah melupakan para tokoh pahlawan kita apalagi sampai tidak mengenal sosoknya. Diantara kalian ada yang tahu semboyan Bapak Presiden Soekarno?" , || Fikri menjawab "Aku Pak, semboyan pak karno yaitu JAS MERAH yang artinya Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah." Lalu Javas tersenyum melihatnya. FYI, Rumah ini berada di tengah kota Bengkulu tepatnya di Jalan Soekarno Hatta kecamatan Gading Cempaka.
Betapa kagumnya aku melihat dia yang sangat semangat saat memberi pelajaran sejarah mengenai tokoh-tokoh pahlawan yang ada di indonesia pada Anak-Anak. Selama ini aku fikir, aku sendirian yang selalu mencintai negeri ini. Ternyata masih banyak orang yang peduli akan nasib bangsanya. Dia juga bilang kalau Anak-Anak Indonesia itu merupakan Aset yang penting bagi negara. Karena dengan mereka memiliki pengetahuan serta pengalaman yang luas, diharapkan bisa mewujudkan apa yang menjadi impian bangsa ini.
Tak luput sampai disana saja perjalananku dengan Javas, Dia menanyakan aku tentang tempat wisata yang ada di kota ini. Lalu langsung saja aku ajak ke Pantai Panjang yang berada di kota bengkulu. Di tempat ini kita bisa melihat matahari terbenam secara langsung, yang memiliki keindahan alam tentunya. Do you know? Kenapa Pantai ini diberi nama Pantai Panjang? Karena Pantai tersebut memiliki panjang terbentang 7 KM. Cukup panjang sekali bukan? Dan kalian hanya memerlukan waktu 15 menit untuk bisa sampai di lokasi ini dari pusat kota bengkulu.
Selain itu kami pengajar mengajak anak-anak untuk mengikuti kegiatan menanam Tanaman Mangrove. Mangrove jenis Rhizophora Apiculata (Bakau Minyak) ini kita tanami di Pulau Baai. Dengan adanya kegiatan tersebut, aku dan Javas berharap bisa memberi dampak yang positif pada mereka agar lebih sadar lingkungan. Tanaman ini berfungsi untuk melindungi pantai dari Abrasi.
Selama kegiatanku dalam mengajar bersama Javas, akhirnya kini telah berakhir. Pasalnya ia bilang bahwa dirinya akan kembali ke Jakarta lagi untuk melakukan pekerjaan lain, sekarang ia sudah menemukan pekerjaannya. Yang ku fikir, dia akan menetap untuk mengajar disini. Ah, tapi tak mungkin sepertinya. Karena awalnya pun ia kesini hanya sebagai relawan, yang suatu saat bisa meninggalkan tugasnya. Saat ini aku merasa kehilangan orang yang mempunyai visi yang sama, Javas banyak bercerita tentang hal apapun yang membuatku semakin mencintai negeri ini. Dia sosok yang sulit ditemukan dijaman seperti ini. Tapi katanya, aku tak perlu khawatir dia akan tetap berkomunikasi denganku walaupun melalui jarak jauh, Ya meskipun hanya untuk sekedar tukar informasi dari kota masing-masing. Aku mengiyakan saja apa kata dia, karena diriku sendiri tidak tahu apa yang saat ini aku rasakan. Bukan maksud menaruh harapan lebih, hanya saja aku sudah terlalu dekat dengannya. Lalu apakah dia juga merasakan hal yang sama? "Haduh Neesha, tuh kan jadi kacau fikiranmu itu. Maksud kau apasih? Berharap dia juga merasa kehilangan kau gitu? Ayolah hilangkan imajinasimu itu." gumamku dalam hati.
Javas pernah bilang kalau dia sangat menyukai daerah ini, terlebih dengan Anak-Anak yang ia ajarkan di pesisir pantai. Dia mengatakan kalau Anak-Anak disini memiliki semangat juang yang tinggi, yang ia harapkan itu bisa terus sampai besarnya mereka nanti. Hari demi hari berlarut, waktu sekembalinya ke Jakarta pun tiba. Aku harus berusaha merelakan kepergiannya. Lagipula aku ini bukan siapa-siapa nya juga, jadi tidak berhak untuk menahan dia disini.
Senja pun mulai menampakkan dirinya, itu yang artinya aku harus menemaninya pulang ke tempatnya ia tinggal yaitu Jakarta. Aku mengantarnya sampai di Pelabuhan, meskipun dengan berat hati namun aku harus kuat menerima kenyataan. "Neesha kau ini terlalu berlebihan, dia saja tidak peduli. Kau malah masih mengharapkannya untuk tetap tinggal disini." Pikirku. Memang dia dapat pekerjaan baru disana, mungkin saja lebih baik dari tempat ini. Makanya aku harus benar-benar bisa melepaskannya.
Padahal dalam hati Javas juga menaruh perasaan dengan Neesha, namun hanya saja dia belum berani sampai detik ini untuk mengungkapkannya secara langsung pada Neesha. "Sha, terima kasih ya kau telah membantuku dalam kegiatan mengajar selama aku berada disini. Menurutku kamu itu seorang guru yang baik, yang bisa memotivasi serta menginspirasi anak muridnya. Suatu saat pasti ada salah satu dari seorang murid kamu yang mengikuti jejak seperti kau. Aku yakin itu, karena guru seperti kamu tidak hanya dibutuhkan saat ini saja, namun sampai generasi berikutnya." Javas berbicara banyak sebelum beranjak dari kepergiannya, dan Aku hanya bisa bilang "Ya sama-sama, aku juga berterima kasih sama kamu karena sudah menjadi bagian ditempatku mengajar. Selamat untuk pekerjaan barunya, semoga kamu lebih sukses disana." mendengar ucapan Neesha seperti itu membuat Javas kecewa karena dia fikir Neesha bakal mengucapkan hal yang lain ternyata tidak. Mereka berdua saling berharap akan ada salah satu yang mengungkapkan perasaannya duluan. Javas "Oh, iya tentu. Jadi seperti ini aja nih? Kamu ga mau bilang sesuatu apa lagi gitu? Apa kau tak mau mengusahakan 'tuk menahan kepergianku?" (dengan nada becanda namun sambil berharap) || "Maksud kau? Aku tidak mengerti." kata Neesha || "Sha, aku sudah tahu kalau hubungan kita selama ini bukan sekedar teman mengajar saja. Aku ingin bicara sesuatu sama kamu.. Kamu mau mendengarnya tidak? Kalau tidak, terpaksa aku harus...?" Javas sangat berharap Neesha duluan yang mengungkapkan nya, tapi nyatanya mereka malah saling lempar kode. "Javas maksud kau apasih, aku benar-benar tidak mengerti. Sudahlah to the point saja, nanti kamu malah ketinggalan kapal untuk keberangkatan." hati Neesha bercampur aduk memikirkan apa yang sebenarnya ingin diucapkan oleh Javas. || dengan percaya dirinya Javas bilang "Oke oke, kalau kamu masih tetap menyimpannya juga. Padahal baru saja, aku ingin mengajak orangtua ku kesini." Javas mencoba meyakinkan Neesha agar mau mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. || "Maksud kau apa sih Javas, kau mengajak orangtuamu kesini memangnya untuk apa? Kau mau berkunjung ketempat saudaramu yang ada dibengkulu?" Neesha tetap berusaha kuat untuk menyimpan perasaannya, yang sebenarnya dia sudah mulai tahu apa yang difikirkan Javas. || "Baiklah, kalau kau yang memaksa. Sha, sebenarnya aku tertarik dengan kau sejak awal kita bertemu. Namun aku baru meyakinkan perasaanku ini sekarang. Kau mau yang to the point kan? Kalau begitu, maukah kau menjadi calon istriku? Menjadi calon dari Anak-anakku nanti? Karena aku fikir aku membutuhkan sosok pendamping yang juga mampu mendidik anak-anaknya nanti. Dan aku yakin semua itu ada di diri kau. Benarkah dengan pernyataan ku ini?" mendengar kata-kata tersebut membuat perasaan Neesha tak menentu, karena Javas sendiri sangat pandai menyembunyikan perasaan nya. Hingga membuat Neesha hanya menebak-nebak saja. Senang sekaligus tidak percaya, tapi Neesha pun tak bisa menolaknya. Karena orang yang selama ini ia cari, sekarang sedang berhadapan langsung di depan dirinya. Sudah gitu menyatakan perasaannya duluan pula, Neesha bilang "Ya, aku mau jadi calon istrimu. Aku harap kau adalah sosok pasangan terbaik yang Tuhan kirimkan untukku." || "Tentu saja sha, tapi aku tidak bisa menjanjikan kesenangan jika itu tak dilewati bersamamu. Kebahagiaan kita sendiri yang menciptakan, bukan pasangan. Jadi kalau kau ingin mempunyai sebuah rumah tangga yang bahagia, kita harus saling berjuang untuk mempertahankan kebahagiaan tersebut." || "Iya Pak Guru.. " Neesha menjawab sambil bercandai Javas.
Akhirnya SENJA DI PELABUHAN pun memiliki akhir cerita yang haru dan juga bahagia untuk mereka.
0 Comments